RASULULLAH PEMIMPIN YANG LEMAH LEMBUT

وَاخْفِضْ جَنَاحَكَ لِمَنِ اتَّبَعَكَ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ
”dan rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang yang
mengikutimu, yaitu orang-orang yang beriman”.[TQS Al-Syu’araa’ (26)
:215].
Imam
Bukhari dan Muslim menuturkan sebuah riwayat dari ’Aisyah ra, bahwasanya beliau
ra berkata;
اسْتَأْذَنَ رَهْطٌ مِنْ الْيَهُودِ عَلَى النَّبِيِّ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالُوا السَّامُ عَلَيْكَ فَقُلْتُ بَلْ
عَلَيْكُمْ السَّامُ وَاللَّعْنَةُ فَقَالَ يَا عَائِشَةُ إِنَّ اللَّهَ رَفِيقٌ
يُحِبُّ الرِّفْقَ فِي الْأَمْرِ كُلِّهِ قُلْتُ أَوَلَمْ تَسْمَعْ مَا قَالُوا
قَالَ قُلْتُ وَعَلَيْكُمْ
”Sekelompok orang Yahudi meminta ijin kepada Nabi
saw. Lalu, mereka berkata, ”Semoga engkau
celaka”. Aku (’Aisyah ra) berkata, ”Bukan, semoga kalian celaka dan mendapatkan
laknat”. Nabi saw pun bersabda, ”Wahai
’Aisyah, sesungguhnya Allah itu rafiiq (kelembutan), dan Dia mencintai
kelembutan dalam semua perkara”. Aku
pun berkata lagi, ”Tidakkah Anda mendengar apa yang mereka sampaikan”. Nabi saw, ”Aku katakan , ”Wa’alaikum”.[HR.
Imam Bukhari dan Muslim]
Anas bin
Malik ra menuturkan sebuah hadits;
"Aku
menjadi pembantu Rasulullah saw selama sepuluh tahun. Selama itu beliau tidak pernah mengatakan
"uf". Beliau juga tidak pernah
berkata kepadaku karena sesuatu yang aku kerjakan dengan perkataan,
"Mengapa kau kerjakan begini! Dan
juga karena ada sesuatu yang tidak aku kerjakan beliau mengatakan,
"Mengapa tidak kau kerjakan!".
Rasulullah saw adalah sebaik-baik manusia ditinjau dari sisi
akhlaqnya. Tidak pernah aku menyentuh
kain yang terbuat dari bulu dan sutera asli, dan tidak pula sesuatu lainnya
yang lebih lembut dari telapak tangan Rasulullah saw. Aku juga tidak pernah mencium kesturi dan
minyak wangi yang lebih wangi daripada keringat Rasulullah saw".[HR.
Imam Turmudziy, dari Qutaibah bin Sa'id, dari Anas bin Malik]
'Aisyah
ra menuturkan;
"Rasulullah
saw bukanlah orang yang keji dan orang yang membiarkan kekejian. Beliau tidak mengeluarkan suara keras-keras
di pasar-pasar dan tidak membalas kejahatan orang lain dengan kejahatan. Beliau suka memaafkan dan berjabatan
tangan".[HR. Imam Turmudziy]
Hisyam
bin Urwah menuturkan sebuah hadits dari 'Aisyah ra, bahwasanya beliau
menuturkan;
"Rasulullah
saw tidak pernah memukul sesuatu dengan tangannya, kecuali tatkala beliau saw
berjihad di jalan Allah. Beliau juga
tidak pernah memukul pembantu dan wanita".[HR. Imam Turmudziy]
'Urwah
meriwayatkan juga sebuah hadits dari 'Aisyah ra bahwasanya beliau berkata;
"Aku
tidak pernah melihat Rasulullah saw membalas suatu aniaya yang ditimpakan orang
kepada dirinya selama orang itu tidak menghina kehormatan Allah swt. Namun, jika kehormatan Allah dihina oleh
seseorang sedikitpun, beliau adalah orang yang paling marah karenanya. Seandainya beliau saw diminta memiliki dua
perkara, niscaya beliau akan memilih perkara yang paling mudah, selama perkara
itu tidak berhubungan dengan kemaksiyatan".[HR. Imam Turmudziy dari
Hisyam bin 'Urwah]
Ummul
Mukminin 'Aisyah ra menuturkan sebuah hadits;
"Sewaktu
aku berada di samping Nabi saw, ada seorang laki-laki meminta ijin untuk
bertamu kepada Rasulullah saw. Beliau
berkata, "Sejahat-jahatnya pemimpin suku (Ibnul 'Asyirah) adalah dia; atau
perawi ragu-ragu, "Sejahat-jahatnya Akhul 'Asyirah (pemimpin suku) adalah
dia". Lalu, Rasulullah saw
mengijinkannya. Ketika orang itu masuk
ke dalam rumah, beliau berkata lembut kepadanya. Setelah orang itu keluar, aku bertanya kepada
beliau, "Wahai Rasulullah, engkau telah mengatakan sesuatu kepadanya
(mengungkapkan kejahatan orang itu), tetapi engkau berkata lembut kepada
dirinya?" Beliau saw bersabda,
"Wahai 'Aisyah, sesungguhnya sejahat-jahat manusia adalah orang yang ditinggalkan
sesamanya atau orang yang dibiarkan sesamanya karena takut dengan
kejahatannya".[HR. Imam Bukhari dan Muslim, Imam Turmudziy, dan Abu
Dawud]
Kasih
sayang beliau yang amat luas dan besar juga ditunjukkan dalam hal meringankan
beban kaum Mukmin dalam beribadah kepada Allah. Beliau saw pernah memendekkan sholat
dikarenakan beliau saw mendengarkan tangisan bayi yang ditinggalkan ibunya yang
ingin sholat bersama dengan Rasulullah saw.
Beliau begitu sedih dan tersentuh hatinya ketika mendengar tangis bayi dan
kesabaran ibunya. Oleh karena itu, beliau
segera memendekkan sholat untuk menghapuskan kesedihan bayi dan untuk
meringankan beban ibunya. Anas bin Malik bercerita, bahwasanya Nabi saw
bersabda, "Aku baru memulai sholat dan ingin memanjangkannya. Lalu, aku mendengar tangis bayi. Aku pun menahan diri untuk tidak memanjangkan
sholatku. Sebab, aku tahu bagaimana
besarnya kerinduan seorang ibu ketika mendengar tangis anaknya".[HR.
Imam Bukhari]
Suatu
saat, Nabi saw sedang mengerjakan sholat; lalu datanglah Umamah putri Zaenah
menggelantungi tubuh beliau, lalu beliau mengangkatnya ke atas bahunya. Jika beliau hendak sujud, beliau meletakkan
Umamah di atas tanah. Dan jika beliau
berdiri, beliau meletakkan Umamah ke atas bahunya kembali."[1]
Imam
Bukhari menuturkan sebuah riwayat mengenai 'Abdullah bin Amr. Seorang shahabat yang gemar dan rajin
beribadah. Beliau selalu mengerjakan
sholat tahajjud di waktu malam dan berpuasa hingga badannya kurus kering. Melihat ini keadaan ini, beliau saw berkata
kepadanya, "Apakah benar kabar yang sampai kepadaku bahwa kamu berpuasa
sepanjang hari dan sholat tahajjud sepanjang malam? 'Abdullah bin Umar menjawab, "Benar,
wahai Rasulullah." Rasulullah saw bersabda, "Jangan lakukan itu lagi. Berpuasa dan berbukalah, tidur dan berdirilah
untuk sholat. Sesungguhnya, tubuhmu
memiliki hak darimu, matamu memiliki hak darimu, dan istrimu pun memiliki hak
dari dirimu".[HR. Imam Bukhari]
Kasih
sayang beliau tidak hanya kepada kaum Mukmin belaka, akan tetapi juga kepada
kaum Kafir. Hal ini tampak dalam
keseriusan beliau dalam upaya menyelamatkan mereka dari siksa api neraka. Beliau tidak pernah berputus asa menyeru
mereka agar masuk ke dalam Islam.
Pasalnya, mereka hanya bisa diselamatkan dari api neraka, jika mereka
mau diajak masuk ke dalam agama Islam.
Untuk itu, beliau rela menanggung beban penderitaan dan kesedihan yang
sangat dalam menyeru mereka ke dalam agama Islam. Penderitaan dan kesedihan itu semakin
memuncak ketika beliau menghadapi penolakan, permusuhan, bahkan perlawanan dari
kaum kafir. Hingga akhirnya, Allah swt
berfirman kepadanya;
"Maka
(apakah) barangkali kamu akan membunuh dirimu karena bersedih hati setelah
mereka berpaling, sekiranya mereka tidak beriman kepada keterangan ini
(Al-Quran)".[TQS Al Kahfi
(18):6]
"Maka
janganlah dirimu binasa karena kesedihan terhadap mereka. Sesungguhnya Allah
Maha mengetahui apa yang mereka perbuat". [TQS Fathiir (35):8]
Kasih sayang beliau tidak hanya
untuk manusia saja, akan tetapi juga untuk binatang. Beliau memerintahkan kepada kaum Muslim
menggiring kambing yang hendak disembelih dengan cara yang lembut; menajamkan mata pisau, dan tidak menajamkan
pisau di hadapan hewan yang hendak disembelih.
Imam Muslim meriwayatkan sebuah riwayat dari Nabi saw, bahwasanya beliau
bersabda, "Hendaklah salah seorang diantara kalian menajamkan pisaunya
dan menenangkan hewan yang akan disembelihnya".[HR. Imam Muslim]
'Abdur Razaq meriwayatkan bahwasanya
suatu saat ada penjagal membuka kandang kambing yang hendak disembelihnya. Kambing itu lepas dan lari melawati
Rasulullah saw. Si penjagal mengikutinya
dan menyeret kambing tersebut.
Rasulullah saw berkata kepada kambing itu, "Bersabarlah wahai
kambing, karena ini adalah ketetapan dari Allah, dan engkau wahai penjagal,
giringlah kambing ini menuju kematiannya dengan cara yang lembut."[HR.
'Abdur Razaq dalam Mushannif 'Abdur Razaq, no. 8609] Di dalam Mushannif 'Abdur Razaq juga
dituturkan bahwasanya ada seorang laki-laki telah membaringkan kambing dan
meletakkan kakinya di atas leher hewan itu, lalu ia mengasah pisaunya. Rasulullah saw berkata, "Celakalah
kamu! Apakah kamu ingin membunuhnya
beberapa kali? Mengapa kamu tidak
menajamkan pisaumu terlebih dahulu sebelum membaringkannya".[HR.
'Abdur Razaq]
Memang benar, kelembutan
akan menumbuhkan kecintaan, sedangkan kekasaran dan keberingasan akan menyulut
kebencian dan permusuhan.
Tidak ada komentar